Spoiler for :
Akhirnya Dapet HT Lagi #HotTrit4
Thanks gan, Atas Cendolnya Jangan Bata Ya
Spoiler for :
Di Trit Sebelumnya memang ane Tidak Lengkap Mengenai petrus tapi kali ini ane Bakal bikin trit yang sudah agan-agan komeng macem-macem, alhamdulillah trit ane kemaren jadi #HT3 Moga kali ini menyusul
Spoiler for Petrus Bre:
Penembakan misterius atau sering disingkat Petrus (operasi clurit) adalah suatu operasi rahasia dari Pemerintahan Suharto pada tahun 1980-an untuk menanggulangi tingkat kejahatan yang begitu tinggi pada saat itu. Operasi ini secara umum adalah operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah. Pelakunya tak jelas dan tak pernah tertangkap, karena itu muncul istilah "petrus" (penembak misterius)
Spoiler for Sejarah Petrus:
Petrus berawal dari operasi pe�nang�gulangan kejahatan di Jakarta. Pada tahun 1982, Soeharto memberikan peng�har�gaan kepada Kapolda Metro Jaya, Mayjen Pol Anton Soedjarwo atas keber�ha�silan membongkar perampokan yang meresahkan masyarakat. Pada Maret tahun yang sama, di hadap�an Rapim ABRI, Soehar�to meminta polisi dan ABRI mengambil lang�kah pemberantasan yang efektif me�ne�kan angka kriminalitas. Hal yang sama diulangi Soeharto dalam pidatonya tanggal 16 Agustus 1982. Permintaannya ini disambut oleh Pang���opkamtib Laksamana Soedomo da�lam rapat koordinasi dengan Pangdam Ja�ya, Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan Wagub DKI Jakarta di Markas Kodam Metro Ja�ya tanggal 19 Januari 1983. Dalam rapat itu diputuskan untuk melakukan Operasi Clurit di Jakarta, langkah ini kemudian diikuti oleh kepolisian dan ABRI di ma�sing-masing kota dan provinsi lainnya.
Spoiler for Akibatnya:
Pada tahun 1983 tercatat 532 orang tewas, 367 orang di antaranya tewas akibat luka tembakan. Pada Tahun 1984 ada 107 orang tewas, di an��taranya 15 orang tewas ditembak. Ta�hun 1985 tercatat 74 orang tewas, 28 di an�taranya tewas ditembak. Para korban Pe�trus sendiri saat ditemukan masyarakat da�lam kondisi tangan dan lehernya te�ri�kat. Kebanyakan korban juga dimasukkan ke dalam karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, dibuang ke sungai, la�ut, hutan dan kebun. Pola pengambilan pa�ra korban kebanyakan diculik oleh orang tak dikenal dan dijemput aparat ke�amanan. Petrus pertama kali dilancarkan di Yogyakarta dan diakui terus terang M Hasbi yang pada saat itu menjabat sebagai Komandan Kodim 0734 sebagai operasi pembersihan para gali (Kompas, 6 April 1983). Panglima Kowilhan II Jawa-Madura Letjen TNI Yogie S. Memet yang punya rencana mengembangkannya. (Kompas, 30 April 1983). Akhirnya gebrakan itu dilanjutkan di berbagai kota lain, hanya saja dilaksanakan secara tertutup.
Spoiler for Kontrovesi:
Masalah Petrus waktu itu memang jadi berita hangat, ada yang pro dan kontra, baik dari kalangan hukum, politisi sampai pe�megang kekuasaan. Amnesti Internasional pun juga mengirimkan surat untuk menanyakan kebijakan pemerintah Indonesia ini.
Spoiler for Berbagai Tanggapan Mengenai Petrus:
Suharto (Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (1989), yang ditulis Ramadhan K.H.):
"Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi, kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan.. dor.. dor.. begitu saja, bukan! Yang melawan, mau tidak mau, harus ditembak. Karena melawan, mereka ditembak. Lalu, ada yang mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Ini supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan itu dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas perikemanusiaan itu. Maka, kemudian meredalah kejahatan-kejahatan yang menjijikkan itu"
Mantan Wapres Adam Malik (Sinar Harapan, 25 Juli 1983):
"Ja�ngan mentang-mentang penjahat kerah dekil langsung ditembak, bila perlu diadili hari ini langsung besoknya dieksekusi ma�ti. Jadi syarat sebagai negara hukum su�dah terpenuhi. Setiap usaha yang bertentangan de�ngan hukum akan membawa negara ini pa�da kehancuran"
Dandim 0734 Letkol CZI M. Hasbi (Kompas, 15 April 1983) :
"Landasan hukum operasi yang ditanganinya adalah Operasi Clurit. Sedang landasan pelaksanaannya adalah tingkat keresahan masyarakat."
Kadapol IX/Jateng Mayjen (Pol) Montolalu (Kompas, 23 Juni 1983)
" Aparat keamanan bertekad menurunkan angka kejahatan, walaupun harus ditempuh dengan berbagai cara yang lunak sampai tindakan keras. Selama tiga bulan operasi penumpasan kejahatan di Semarang dan Solo, polisi berhasil menangkap 1.091 penjahat. Di antaranya 29 orang tewas tertembak dan empat lainnya tewas dikeroyok massa yang menangkap."
Pangdam V Jaya/Pangkopkamtibda Mayjen TNI Try Sutrisno bersama Deputy Kapolri Letjen Pol Drs Pamudji dan Kadapol Metro Jaya, Mayjen Pol Drs R Soedjoko (Sinar Harapan dan Berita Harian Gala, 24 Juni 1983).:
"Yang menyebut ada penembakan misterius hanyalah media massa sendiri."
Ketua MPR/DPR Amir Machmud (Sinar Harapan, 21 Juli 1983).:
" Setuju mengenai adanya penembak-penembak misterius dalam menumpas pelaku kejahatan. Demi untuk memberikan rasa aman kepada 150 juta rakyat Indonesia, tidak keberatan apabila ratusan orang pelaku kejahatan harus dikorbankan."
Kepala BAKIN Yoga Sugama (Berita Harian Gala, 25 Juli 1983).:
" Penjahat mati misterius tidak perlu dipersoalkan , mengenai adanya surat Amnesti Internasional, yang katanya mempersoalkan ini itu, termasuk penjahat terbunuh di Indonesia. Ini merupakan kepentingan yang lebih besar daripada mempersoalkan penjahat yang mati misterius, dan persoalan-persoalan asas yang dipermasalahkan."
?Wakil Ketua DPA Ali Murtopo (Sinar Harapan, 28 Juli 1983).:
" Saya melihat sistem konvensional ini sudah tidak bisa mengatasi masalah kriminal yang terjadi di Indonesia, maka ini harus diambil satu pertimbangan, kriminalitas dibasmi atau tidak. Jadi keputusannya dibasmi demi kepentingan rakyat"
Oka Mahendra S.H. (Kompas, 16 April 1983).:
" Sedikitnya ada empat aspek yang harus diperhatikan, yaitu aspek keamanan, sosial, ekonomi dan politik. Memang aspek keamanan lebih menonjol, tapi tidak berarti aspek lainnya dapat ditinggalkan! Untuk itu para petugas keamanan agar tidak hanya terpukau pada aspek yang menonjol itu saja, tapi harus mendalami keseluruhan permasalahannya."
Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adnan Buyung Nasution SH (Sinar Harapan, 6 Mei 1983).:
" Jika usaha pemberantasan kejahatan dilakukan hanya dengan main tembak tanpa melalui proses pengadilan maka hal itu tidak menjamin adanya kepastian hukum dan keadilan. Padahal kedua masalah tersebut merupakan tuntutan hakiki yang diperjuangkan orang sejak zaman Romawi Kuno. Jika cara-cara seperti itu terus dilakukan maka lebih baik lembaga pengadilan dibubarkan saja. Jika ada pejabat apapun pangkatnya dan kedudukannya, mengatakan tindakan main dor-doran itu benar, saya tetap mengatakan hal itu adalah salah."
?Ketua Yayasan LBH Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adnan Buyung Nasution S.H. (Sinar Harapan, 14 Mei 1983).:
" Sekalipun mereka penjahat, namun sebagai manusia berhak mendapat keadilan melalui lembaga peradilan. Dan menembak ditempat, walaupun oleh petugas Negara, jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan."
Spoiler for Tambahan Tanggapan Dari Kaskuser:
Quote:Original Posted By gamasuk ?
petrus tu kelakuan menjijikkan yg gk brpendidikan. kelakuan org gila yg kehabisan akal lalu melakukan tndkan barbar. klw ente dukung petrus diadakan lgi sama aj ente2 gk berpendidikan.
Spoiler for Korban:
Bathi Mulyono yang selamat setelah bersembunyi 1,5 tahun di hutan Gunung Lawu.
Spoiler for Asal - Muasal:
Peristiwa Penembakan Misterius, yang dikenal sebagai PETRUS, yang terjadi pada era Presiden Soeharto tahun 1982-1983 ternyata bermula dari Perampokan yang terjadi di Kencong. Fakta ini diberitakan dalam Majalah TEMPO edisi 21 Agustus 1982.
Kutipan berita itu sebagai berikut:
ADA ribut-ribut lagi di Jawa Timur, terutama di Kabupaten Jember dan Bondowoso. Terbetik berita, sejak bulan puasa lalu beberapa sosok mayat ditemukan di sawah atau hanyut di sungai. Penduduk yang menyaksikan memperkirakan mayat-mayat itu adalah para bromocorah (residivis) dan beberapa di antaranya tukang santet (tenung).
Sumber TEMPO menyebut jumlah mayat itu mencapai 30 hingga 40. Ini mengingatkan orang pada kejadian tahun lalu. Menurut keterangan resmi Laksuda Ja-Tim waktu itu, 15 bromocorah dan 12 tukang santet menjadi korban. Sebagian karena dikeroyok massa, lainnya oleh peluru petugas karena mereka melawan atau melarikan diri ketika hendak ditangkap.
Kali ini pun agaknya hampir serupa. Cerita itu bermula dari peristiwa perampokan di rumah H. Gaffar, penduduk Desa Kedunglangkap, Kecamatan Kencong, Jember, dinihari 27 Juni lalu. Pada malam bulan puasa itu, seorang penduduk memergoki sekawanan perampok mendobrak pintu rumah H. Gaffar.
Kentongan segera dipukul, yang lalu disambut riuh oleh masyarakat yang sudah mengenal siskamling (sistem keamanan lingkungan). Penjahat yang baru berhasil menyabet uang Rp 3 5 ribu, berlari sembari merusak perabotan di rumah itu.
Masyarakat, petugas Koramil dan Kosek setempat yang dilapori, segera mengejar. Kawanan penjahat itu rupanya sembunyi di daerah rawa di pedukuhan Jatisari.
Koptu M. Choiri dari Koramil yang lebih dulu tiba di daerah rawa, tiba-tiba diserang hingga tulang punggungnya patah dan perutnya kena clurit. Ia meninggal di tempat kejadian.
Serka Pol. Meoji dari Kosek segera melepas tembakan peringatan. Tapi dia malahan diserang pula, hingga terpaksa melepas tembakan yang melukai tiga penjahat. Dia sendiri terluka kepala dan lengannya.
Pada beberapa bulan terakhir, Kecamatan Kencong yang berpenduduk 120 ribu jiwa itu memang kurang aman. "Kami sering dag dig dug, takut mendapat giliran sasaran penjahat," kata Masykur, seorang tokoh masyarakat di Kencong.
Yang meresahkan adalah karena bromocorah yang kebanyakan sudah dikenali identitasnya oleh penduduk itu, terkadang secara terang-terangan menjalankan aksinya. Tak hanya merampok, bila ada yang menghalangi mereka konon juga tak segan-segan membunuh atau memperkosa korbannya.
Aparat keamanan bukannya tak unggap. Tapi setiap petugas terjun ke suatu daerah penjahat beroperasi di sempat lain Medan di daerah Jember dan Bondowoso yang sering dikacau penjahat itu memang tak menguntungkan. Dikelilingi hutan, perkebunan atau rawarawa. Lokasinya juga jauh dari pusat kota.
Maka ketika di Kencong pada malam takbiran rumah Mukti, 45 tahun, didatangi sekawanan orang bersepeda motor, mengenakan jaket blujin dan berambut gondrong, penduduk tak segera bisa menghubungi polisi. Mukti yang dulunya dikenal sebagai bromocorah itu, esok harinya kedapatan sudah menjadi mayat. Ia tergeletak di sawah, tak berapa jauh dari rumahnya, dengan luka di dada.
Di malam yang sama, Sunar, 55 tahun, yang juga dikenal sebagai bromocorah mayatnya kedapatan terapung di sungai. Sampai kini, belum jelas, siapa sebenarnya sekawanan orang bersepeda motor yang membunuh Mukti dan Sunar itu.
Tapi Danres 1033 Jember, Letkol Pol. Soekirno Hs, dalam acara syukuran dua pekan lalu merasa lega. "Penduduk Jember sekarang boleh tidur nyenyak," katanya. Menurut dia, kamtibmas di Jember kini jauh lebih baik ketimbang beberapa bulan lalu. Juga angka kriminalitas di sondowoso jauh menurun. Sampai Juli lalu hanya terjadi sekitar 500 kasus, padahal tahun lalu terjadi 2.545 kasus.
Namun Danres 1031 Bondowoso, Letkol Pol. Eddy Soetjipto, mengakui mutu kriminalitas kali ini meningkat. Seperti pengeroyokan oleh penduduk terhadap seorang yang diduga tukang santet, belum lama ini.
Komandan Kores 1031 yang berp
BONUS
Spoiler for Pengakuan Kentus, Target Petrus Yang Selamat:
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mendorong Kejaksaan Agung membuka kasus penembakan misterius atau petrus dan membawanya ke pengadilan. Ketua Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM Yosep Adi Prasetyo mengatakan jumlah korban dari peristiwa penembakan misterius tahun 1982 sampai 1985 mencapai 10 ribu orang.
Dari sekian orang yang dianggap preman oleh pemerintah Orde Baru, seorang di antaranya adalah Trimurjo alias Kentus. Ia menceritakan betapa ia sangat menderita akibat operasi petrus. Siapa saja yang dianggap gali atau preman, pasti mati ditembak secara misterius. Satu per satu nyawa teman-temannya hilang. Ada Wahyo, Tetuko, Kojur, Iren, Slamet Gajah, Slamet Gaplek, Polimron, Peno, dan Bandi Ponyol.
Gundah akibat kematian beberapa teman, Kentus bersama Monyol dan Mantri, dua target petrus lainnya, minta perlindungan Lembaga Bantuan Hukum di Jakarta pada awal tahun 1983. Mereka mengadu pada Adnan Buyung Nasution (mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden), Yap Thiam Hien (pejuang HAM--sudah meninggal), Abdurrahman Saleh (mantan Jaksa Agung), dan Maqdir Ismail (pengacara).
Berbekal informasi minim, jurnalis Tempo, Muh Syaifullah, mengubek-ubek perkampungan di kawasan lokalisasi Pasar Kembang hingga sekitar Tugu Yogyakarta untuk mencari Kentus. Tapi, ia tak menemukannya. Setelah menyisir informasi dari banyak orang, akhirnya Kentus bisa ditemui di rumah kontrakannya di Jlagran, Pringgokusuman, Gedongtengen, Kota Yogyakarta, Kamis pekan lalu.
Bagaimana kisah Anda jadi target petrus?
Kalau di sini (Yogyakarta) disebut OPK (Operasi Pemberantasan Kejahatan). Ramai-ramainya akhir tahun 1982. Saat itu sedang ramai kampanye. Saya jadi disuruh mengawal Golkar menjadi semacam satuan tugas (satgas). Lalu ada teman saya namanya Wahyo ditembak di lokalisasi SG (Sanggrahan-sekarang Terminal Bus Giwangan Yogyakarta).
Mengapa kawan Anda ditembak?
Saya awalnya tidak tahu mengapa dia ditembak. Ditembak oleh siapa juga tidak tahu. Setelah meninggal, dan saya mau melayat, saya dilarang sama teman-teman. "'Enggak usah melayat. Kamu nanti ikut kena.' 'Kena apa?' 'Kena operasi gali.' Kata saya, 'Lah gali-gali kenapa? Saya enggak merasa jadi gali.' 'Kalau kamu melayat di sana, malamnya kamu bisa dibunuh,'" kata teman saya.
Apa yang terjadi setelah itu?
Lalu, satu hari setelah Wahyo mati ditembak, Tetuko sama Kojur, teman saya, juga mati bareng ditembak. Setelah itu, saya merasa tidak enak. Jangan-jangan nanti giliran saya ditembak. Kampung saya ini (Jlagran) kan dulu masuk dalam kampung blacklist. Lalu, setelah itu ada Iren, juga teman saya yang mati dibunuh. Ini tahun 1982 akhir mau masuk tahun 1983. Yang Iren itu ngeri. Dia ditembak di kandang babi di depan anak dan istrinya. Dia diberondong peluru. Setelah Iren meninggal, saya semakin resah.
Setahu Anda, berapa orang yang dianggap gali di Yogyakarta ini yang ditembak mati?
Kalau di Kota Yogyakarta ada 30-an mati ditembak. Bantul banyak banget. Kalau se-DIY lebih dari 200 orang yang mati ditembak.
Menurut Anda, mengapa mereka ditembak?
Lah itu kami penuh tanya mengapa mereka mati ditembak. Kami ini waktu itu pengawal Golkar. Tapi kalau Wahyo itu kerjaannya di terminal lama (sekarang Taman Hiburan Rakyat Purawisata). Dia di sana jualan tiket. Tetuko dan Kojur juga sama. Mereka dianggap gali. Kalau sekarang dianggap preman. Kalau saya kan hidup memang di jalanan. Tapi tidak pernah memeras atau mencuri. Kalau berantem sering. Saya juga menjadi penjaga keamanan di SMA Bhinneka di belakang Pasar Kranggan, Yogyakarta.
Anda juga jadi target?
Saat saya di SMA Bhinneka, tahu-tahu saya dicari oleh tiga orang, aparat semua. Satu saya kenal sebagai polisi dengan pakaian preman. Saya baru masuk kerja dan kebetulan ada di lantai atas. Saat tiga orang itu mencari, kepala sekolah saya bilang, "Sudah keluar tadi". Saat tiga orang aparat itu pergi, saya turun. Lalu enggak pulang dan tidak tidur di rumah.
Apa yang Anda lakukan setelah melihat teman-teman Anda tewas ditembak?
Di kampung saya, yang ditu
Spoiler for :
Intinya, Kita harus menajga kedamaian kita terhadap masyarakat
-Wikipedia
-Majalah Tempo
-Mbah Google
akhirnya dapet bree
maho dibawah aja
maho dibawah aja
keren bgt gan
wah sadir benar nih
wah panjang ya ceritanya
Menakutkan gan
btw banyak juga korbannya
btw banyak juga korbannya
perlu digalakkan lagi nih petrus
buat basmi kayak begal, geng motor, jambret, preman tukang palak,
biar mampus semua bajingan2 itu
buat basmi kayak begal, geng motor, jambret, preman tukang palak,
biar mampus semua bajingan2 itu
sejarah... ngeri memang yg satu ini
Bedil bedil, hancurkan kejahatan dengan kebaikan
Ngeri bree
sekarang perlu kayak nya ....
panjang amat gan, baca dulu sambil ngamanin pejwan
edited:
ngeri gan, bikin jera sih, dan bikin takut para penjahat, tapi gimana kalau salah tembak, nyawa yg tak berdosa melayang
edited:
ngeri gan, bikin jera sih, dan bikin takut para penjahat, tapi gimana kalau salah tembak, nyawa yg tak berdosa melayang
kq kepotong bray
Serem. Bagai dilema dimana dengan perlakuan seperti itu penjahat menjadi takut untuk melakukan tindakan kejahatan tapi disisi lain tindakan yang dilakukan melanggar HAM. Mirip kebijakan yang diterapkan oleh presiden filipina saat ini terhadap gembong narkoba yang boleh langsung ditembak mati tapi tetep saja mendapat protes dari PBB
Bromocorah emang harus ditembak mati gan,persetan Ama HAM dulu jaman soeharto mana ada begal motor tiap hari
Penambak itu apa ya gan
Gembok pejwan no Jutsu
Via: Kaskus.co.id
Gembok pejwan no Jutsu
0 comments:
Posting Komentar